Viral, Viral, dan Viral

Ilustrasi Viral oleh AI
Ilustrasi Viral oleh AI

Bolehkah berbuat, bertingkah, berkegiatan agar menjadikan diri kita viral? Itu sekelumit pertanyaan generasi Z yang sedikit kawatir keinginan memviralkan dirinya akan mendapat peringatan keras dari sesepuh, atau akan berdosa dipandang dari norma agama.


Abul Ambiya Nabi Ibrahim Alaihissalam dalam surat Asyuara ayat 84 dikisahkan berdoa kepada Allah وَاجْعَلْ لِّيْ لِسَانَ صِدْقٍ فِى الْاٰخِرِيْنَۙ “Jadikanlah aku sebagai buah tutur yang baik di kalangan orang-orang (yang datang) kemudian.” Nah lo ini Nabi Ibrahim berharap menjadi Viral bagi umat berikutnya dan memang benar adanya beliau Viral dikalangan umat Yahudi, Nasrani dan Muslim sampai sekarang dan bahkan sampai akhir zaman. Viralnya tentu dalam kebaikan yang jauh beda dengan viralnya Fir’aun, Namruz, Abu Jahal, Abu Lahab, dan tokoh jahat lainnya.


Ada pepatah Timur Tengah yang mashur, artinya: “Jika ingin terkenal, kencingi sumur zam-zam”, dijamin dalam waktu sekejap Anda akan menjadi orang terkenal. Tapi tentu saja terkenal karena kejahatannya dan bahkan akibatnya dapat mengancam keselamatan badan, jiwa bahkan nyawa. Perbuatan ini menjadikan diri viral dari sisi negatif yang tentu dengan kacamata keimanan yang benar ini viral yang salah.


Buah tutur itu sesuatu yang viral dalam bahasa dimasa sekarang. Saat ini banyak pemegang HP alias gawai berusaha untuk viral atau terkenal. Ada yang berlaku dengan latar belakang kelucuan sampai harus berkubang lumpur seluruh tubuhnya, mandi olie, menggantung kaki diatas kolam buaya, dan lain-lain. Ada yang viral setelah meninggal, misal bakar diri, gantung diri, dan bertindak konyol lainnya kemudian meninggal, walaupun ada yang viral setelah meninggal karena berbuat baik atau karena takdirnya meniggal saat berbuat baik.


Viral karena baik atau viral karena buruk menjadi pilihan yang akan menentukan posisi seseorang di dunia dan di akhirat. Kebaikan yang menjadi viral dan diikuti oleh orang banyak tentu akan menjadi pahala yang akan terus mengalir kepada pelakunya. Betapa keluarga Nabi Ibrahim menjadi mulia dengan amaliahnya diikuti oleh jutaan orang sepanjang tahun seperti sa’i, jumroh, qurban, dan amaliah lainnya. Viral Usman bin Affan membeli sumur untuk umum, yang kemudian menginspirasi orang banyak untuk berbuat semisal dengan kegiatan amal jariah ini, tentu kebaikan yang akan mengalir terus pahalanya.


Orang Perempuan yang sudah terlanjur viral dan mendapat uang dari keviralannya dengan tidak mengenakan jilbab tentu akan menjadi berat untuk meninggalkannya manakala akan tumbuh kesadaran untuk berhijab. Antara meninggalkan keburukan namun dengan imbalan besar yang telah membuat terkenal dan kaya, dengan konsekuensi akan ditinggalkan penggemar dan dengan konsekuensi menurunnya bahkan hilang kekayaan yang selama ini dinikmatinya. Jika tetap mempertahankannya tentu akan tetap terkenal dan kekayaan akan tetap di tangan.


Viral karena kebaikan, insya Allah akan mendapatkan pahala mengalir sampai ke-viralan-nya hilang ditelan masa sepanjang masih dimanfaatkan kebaikan dalam keviralannya tersebut.Pun sebaliknya viral karena keburukan akan mendapatkan keburukan terus menerus sepanjang ke-viral-annya menginspirasi orang lain berbuat serupa atau cenderung terinspirasi berbuat buruk yang dimurkai sang Khaliq. Pilihlah cara viral dengan bijak dengan memilih yang akan membahagiakan dunia dan akhirat.


Ditulis oleh: Yuliyanto, Ketua Majlis Tabligh PCM Moyudan

Scroll to Top