Moyudan – PCPM dan PCNA Moyudan melaksanakan Kajian Angkatan Muda Muhammadiyah Moyudan (KAMUDA) pada Sabtu, 28 September 2024. KAMUDA kali ini diselenggarakan di masjid Jami’ Diponegoro, Sejati Pasar, Sumberarum. Acara sedikit berbeda dari KAMUDA biasanya karena dibarengkan dengan pelantikan PRPM & PRNA Sumberarum. Pada KAMUDA kali ini, tema yang diangkat adalah “Pemuda Berperan Bukan Baperan”.
Berlangsungnya Acara
Acara dibuka oleh pembawa acara pukul 20.00 dengan membaca basmallah bersama-sama. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan Tadarus bersama yang dipandu oleh saudari Fatiha dari LKSA Ashabul Kahfi. Surah yang dibaca adalah Al-Baqarah ayat 8-14. Seusai tadarus bersama, acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan, yang pertama oleh Ketua PCPM Moyudan yaitu Muhammad Azis Fajri. Sedangkan sambutan ke-2 yaitu oleh ketua takmir masjid Jami’ Diponegoro yang pada kesempatan tersebut diwakili oleh bapak Sarjono.
Memasuki rangkaian acara pelantikan, prosesi pelantikan diawali dengan pelantikan PRPM Sumberarum. Saudara Ilham Septian Fajar selaku sekretaris PCPM Moyudan membacakan Surat Keputusan PCPM Moyudan. Setelah SK dibacakan, PRPM Sumberarum dilantik oleh Ketua PCPM Moyudan Muhammad Azis Fajri. Prosesi pelantikan dilanjutkan dengan pembacaan SK PCNA Moyudan oleh Amalia Khusnun Amiroh, yang kemudian disusul oleh Rita Imawati dilantiklah PRNA Sumberarum. Setelah kedua prosesi pelantikan PRPM & PRNA Sumberarum, acara dilanjutkan dengan penandatanganan berita acara.
Pengajian oleh Ustadz Mahfudz Amin
Setelah rangkaian acara pelantikan PRPM & PRNA telah terlaksana, inti pengajian yang dibawakan oleh Ust. Mahfudz Khoirul Amin, S.IP. MA dimulai, beliau memulai dengan memperkenalkan diri. Beliau merupakan Kepala Program Unires UMY, serta Trainer & Motivator MSM Inspiration. Setelah memperkenalkan diri, beliau mengajak untuk berfokus sebelum memulai pengajian, metodenya dengan game sederhana untuk meningkatkan fokus. Beliau juga menekankan bahwa materi yang disampaikan beliau akan lebih condong ke motivasi. Berikut ini beberapa poin materi yang dapat kami rangkum:
Peran Pemuda Sangat Penting
Pertama, beliau menampilkan kutipan presiden pertama Republik Indonesia, Ir. H. Soekarno, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” kemudian mengelaborasi bahwa peran pemuda memang seharusnya “sepenting itu”. Kata beliau “Pemuda seperti air, tidak ada air maka tidak ada kehidupan, tidak ada pemuda maka tidak ada peradaban” senada dengan kutipan dari Syaikh Musthofa Al-Gholayaini “Sesungguhnya di tangan para pemudalah urusan umat, dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat”. Ustadz Mahfudz memberikan contoh Muhammad Al-Fatih yang mampu menaklukan Konstantinopel pada usia 20 tahun. Sedangkan yang lebih dekat, pemuda-pemuda Indonesia di masa pra-kemerdekaan yang menghasilkan Sumpah Pemuda yang sampai saat ini kita peringati setiap 28 Oktober.
Beliau juga menyinggung mengenai bonus demografi Indonesia yang pada tahun 2020-2030 akan mencapai 70% penduduk Indonesia adalah usia produktif (15-64). Kondisi ini merupakan sebuah keuntungan namun juga merupakan tantangan karena saat ini kondisi pemuda di Indonesia bukan tanpa masalah.
Masalah Pemuda
1. Overthinking
Kebanyakan anak muda belakangan ini sering sekali overthinking, hal ini disebabkan berbagai faktor, namun salah satu yang paling dapat kita soroti yaitu kebanjiran informasi yang mudah sekali diakses dengan mobile smartphone. Ini menyebabkan masalah mental health yang akhir-akhir ini merebak. Kondisi mental yang bermasalah tentu saja mengganggu kehidupan dijalani anak-anak muda, sehingga membuat mereka menjadi lemah, bahkan akhir-akhir ini di Indonesia kasus bunuh diri meningkat. Ustadz Mahfud mengibaratkan pemuda saat ini seperti kerupuk yang mudah sekali mlempem bahkan hanya dikeluarkan dari toplesnya tanpa disiram air.
Beliau mengingatkan bahwa dalam hidup memang akan selalu berisi cobaan, karena yang membuat kita disebut hidup adalah saat kita menghadapi cobaan tersebut. Ini bukan karena cobaan itu yang terlalu berat, melainkan karena hati yang terlalu lemah. Padahal sejatinya dalam Al-Qur’an telah berulangkali disebutkan bahwa ujian juga diberikan pada orang-orang sebelum kita. Juga dalam Al-Baqarah 286 telah dijelaskan bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ustadz Mahfudz mengklasifikasikan hati (untuk memudahkan dalam menyebut mental) menjadi 3 golongan. Hati yang mati, hati yang sakit, dan hati yang sehat, orang-orang dengan mental illness diklasifikasikan pada golongan hati yang mati/hati yang sakit, dan berdasarkan sebuah hadist, yang membuat hati mati adalah dosa.
Sedangkan orang-orang dengan hati yang sehat adalah mereka yang mampu meninggalkan dosa dan menjalani ketaatan. Di akhir poin ini, Ustadz Mahfudz memberikan resolusi dengan membagi antara batin dengan dhohir, jelas beliau “Hati itu batin, dunia itu dhohir. Sesuatu yang batin tidak bisa ditenangkan dengan sesuatu yang dhohir, kalaupun yang dhohir membuat hati tenang pasti hanya sifatnya semu & sementara. Maka sesuatu yang batin hanya akan bisa ditenangkan dengan yang batin pula, yaitu mengingat Allah”. Kesimpulannya dalam ungkapan yang sederhana adalah “Kebanyakan mikir, kurang dzikir. Masalah itu dipikirkan atau tidak dipikirkan akan tetap ada, maka jalani saja”, dalam artian bahwa yang dimaksud dengan “dipikirkan” adalah dipikirkan dengan berlebih-lebihan (overthinking).
2. Pergaulan Bebas
Beliau mengawali poin ke-2 dengan beberapa data, yaitu 62,7% siswi SMP pernah melakukan habungan seks pra-nikah, 21,2% siswi SMP di antaranya mengaku melakukan aborsi ilegal, 97%-nya mengakses pornografi. Data tersebut tentu membuat hati kita miris. Beliau melanjutkan dengan mengelaborasi Surah Ali-Imran ayat 14, yang artinya “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”, dan juga Ar-Rum ayat 21 yang artinya “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”. Dari ayat itu kemudan beliau mengingatkan kembali bahwa hati kita tidak bisa kita kontrol dan hati sering-berbolak-balik. Maka dari itu Ustadz Mahfudz mengajak untuk berdo’a, do’a yang sering kita tahu namun mungkin sering kali terlupa, yaitu:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinik – Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).
Dari ayat tersebut beliau mengingatkan bahwa perasaan suka antara lawan jenis itu memang normal. Beliau mengambil kisah percakapan Ali (Ali bin Abi Thalib) & Fatimah (Fatimah az-Zahra bint Muhammad SAW),
Fatimah: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya.”.
Ali: “Mengapa engkau tetap mau menikah denganku, dan apakah engkau menikah denganku?”.
Fatimah: “Pemuda itu adalah dirimu”.
Percakapan tersebut memberikan gambaran bahwa jatuh cinta sebelum menikah itu diperbolehkan, namun juga meng-highlight bahwa saking mulia & sakralnya sebuah pernikahan, maka Fatimah merasa perlu meminta maaf kepada Ali hanya karena alasan tersebut. Ustadz Mahfudz menambahkan bahwa jatuh cinta itu tidak dosa, namun hal apa yang diperbuat setelah perasaan tersebut muncul yang dapat berpotensi menjadi dosa, karena kebanyakan orang karena perasaan cinta kemudian melakukan perbuatan yang mendekati zina.
Pada konteks ini beliau menjelaskan bahwa sebenarnya penilaian indera kita dalam menilai (khususnya dalam persoalan asmara) sangatlah rapuh dan niscahya salah. Implikasinya adalah seperti ketika kita berpikir bahwa apabila kita tertarik pada seseorang lawan jenis maka mungkin saja (dan berharap bahwa) orang itulah jodoh kita, sehingga kita melakukan hal-hal yang berpotensi menimbulkan dosa atau justru berujung sakit hati. Padahal sejatinya Allah lah yang lebih tau apa yang kelak terbaik untuk kita. Maka dari itu , pesan ustadz Mahfudz, jangan memenjarakan diri dengan prespektif yang sempit dan menyerahkan semua urusan kepada Allah. Namun tentu saja bukan tanpa usaha, melainkan dengan cara-cara yang telah dianjurkan dalam Islam. Serta apabila cara-cara tersebut sudah dilakukan namun tidak berhasil, maka Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita dan akan memberikan yang lebih baik kelak. Maka, tegas ustadz Mahfudz, “Jangan memenjarakan dirimu.”.
Penutup
2 poin yang disampaikan oleh usdtaz Mahfud cukup menjadi motivasi bagi para peserta KAMUDA. Masih banyak poin yang bisa dibahas namun waktu sudah cukup malam, sehingga beliau menutup sesi pengajian tersebut. Namun sebelum itu beliau berpesan bahwa untuk menjadi pemuda yang berperan dan bukan baperan salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan memilih circle yang baik. Karena seseorang akan menjadi seperti apa yang orang itu berkumpul di dalamnya. Ketika seseorang bersama dengan orang-orang yang baik maka orang itu akan malu apabila berbuat burut. Sebaliknya apabila seseorang bersama orang-orang yang berbuat buruk maka orang itu akan sungkan dengan kebaikan.
Di penghujung acara ustadz Mahfudz mengajak peserta pengajian untuk berdo’a bersama. Setelah berdo’a, acara selanjutnya yaitu simbolis penyerahan kenang-kenangan oleh panitia KAMUDA PCPM & PCNA Moyudan. Kemudian pembawa acara menutup KAMUDA pada malam itu. Setelah acara ditutup, peserta KAMUDA dan juga ustadz Mahfudz berfoto bersama.