Pengajian Ahad Wage Edisi Oktober 2023

Pengajian Ahad Wage

Ahad Wage, 15 Oktober 2023, Bertempat di Masjid Jami’ Kedungbanteng, kegiatan rutin Pengajian Ahad Wage Pimpinan Cabang Muhammadiyah Moyudan kali ini terbilang istimewa. Jumlah undangan disebar sebanyak 750 undangan yang tersebar ke seluruh anggota Pimpinan Ranting Muhammadiyah se Moyudan. Selain dihadiri oleh para pimpinan ranting, aktivis dan simpatisan Muhammadiyah, Pengajian Ahad Wage dihadiri oleh Bapak Ir. Ahmad Syauqi Suratno,M.M, calon legistlatif DPD yang secara resmi diusung oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY.


Bapak Abu Hanifah

Arah dan Tujuan Muhammadiyah

Sebelum diisi oleh pembicara utama, Pengajian diisi oleh Bapak Dr. H. Untung Cahyana, perwakilan dari PWM DIY. Dengan penuh semangat beliau memaparkan kilas balik sejarah Muhammadiyah, kondisi perpolitikan terkini di Indonesia, dan pesan untuk secara serius menggerakan Muhammadiyah agar benar-benar menjadi organisasi dan pergerakan keislaman yang mencerahkan.


Bapak Untung Cahyono

Menurut beliau, pada tahun 1985, maksud dan tujuan Muhammadiyah dipermasalah kala itu. Lalu setelah melakukan musyawarah para pimpinan, diputuskan dalam Sidang Muktamar Muhammadiyah di Solo, perubahan maksud dan tujuan Muhammadiyah agar sesuai atau tidak menyelisihi kehendak pemerintah. Namun setelah terjadi dinamika dan perubahan arah politik hingga puncaknya reformasi 1998, pada Muktamar Muhammadiyah di Jakarta tahun 2000, arah dan tujuan Muhammadiyah dikembalikan lagi ke redaksi awal yakni menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Konsekuensinya, pribadi dan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa harus menggunakan tuntunan agama. Pribadi-pribadi Muhammadiyah harus memahami agamanya secara luas, mendalam, komprehensif dan mencerahkan. Kata beliau, “makanya di Muhammadiyah itu ada Majlis Tanwir”.


Adapun pedoman beragama, sudah dirumuskan dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM), yaitu seperangkat nilai dan norma Islami yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah untuk menjadi pola bagi tingkah laku warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
PHIWM ini, jelas Dr. Untung, “merupakan pedoman dalam menjalani kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis, mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkan seni dan budaya yang menunjukkan perilaku uswah hasanah (teladan yang baik)“.


Berdasarkan hal itu, orang-orang Muhammadiyah harus tercerahkan dan mencerahkan. Terlebih di saat kondisi saat ini kehidupan berbangsa dan bernegara sedang menderita penyakit kronis korupsi dan nepotisme yang parah. Semakin diperparah dengan kebijakan politik yang membatasi masjid untuk mendiskusikan persoalan-persoalan politik kebangsaan. Tegas Dr. Untung, “Masjid harus digunakan untuk berbicara politik! Dalam rangka mencerdasakan bangsa. Agar arah bangsa ini tidak mengarah ke tujuan yang tidak jelas”.


Dr. untung juga menyinggung, betapa KHA Dahlan adalah sosok yang sangat cerdas pada zamannya, membangun pendidikan untuk mencerdaskan bangsa agar terbebas dari kebodohan dan keterjajahan.
Pengajian yang sangat mencerahkan pagi itu disegarkan dengan kehadiran Bapak Ir. Ahmad Syauqi Suratno,M.M.. Seorang tokoh muda Muhammadiyah yang secara resmi diputuskan dalam Musywil PWM DIY sebagai satu-satunya calon DPD dari Muhammadiyah. Dr. Untung selanjutnya mengenalkan secara singkat biografi beliau dan mempersilahkan Bapak Ir. Ahmad Syauqi Suratno untuk melanjutkan kajian dan menutup paparan beliau dengan menukil semboyan Tapak Suci, “Dengan iman dan taqwa menjadi kuat, tanpa iman dan taqwa menjadi lemah”.


Peran Muhammadiyah Dalam Kehidupan Berbangsa

Bilamana dihitung hingga tahun ini, 2023, maka Muhammadiyah sudah berusia kurang lebih 111 tahun. Hal ini berarti, Muhammadiyah sudah berkhidmah kepada masyarakat sudah lebih dari satu abad. Bahkan dalam sejarah, jelas Ir. Ahmad Syauqi, “Di usia 33 tahun Muhammadiyah telah ikut aktif terlibat dalam melahirkan Negara Republik Indonesia. Oleh sebab itu, kalau kemudian Muhammadiyah diam saja sejak proklamasi, maka Muhammadiyah telah melakukan kesalahan. Justru Muhammadiyah harus terus menemani, mewat-wati perjalanan bangsa ini”.


Bapak Ahmad Syauqi Soeratno

Hanya saja dalam konteks demokrasi Indonesia, tidak memungkinkan bagi Muhammadiyah untuk menjadi partai politik. Sejak didirikan, Muhammadiyah berfokus pada pendidikan, sosial kemasyarakatan, kebencanaan, dan bahkan dalam Muktamar Muhammadiyah di Makassar, ditetapkan dan menjadikan aspek ekonomi sebagai salah satu pilar gerakan Muhammadiyah.


Fakta hari ini menyatakan bahwa perguruan tinggi Muhammadiyah telah aktif baik di dalam negeri maupun luar negeri. Menurut data data statistik yang dibuat oleh PDDikti tahun 2023, jumlah perguruan tinggi adalah 4523 dan memiliki 31399 program studi dengan lulusan per tahun lebih dari 1800 lulusan.


Mengapa Muhammadiyah menempatkan pendidikan sebagai ujung tombak pergerakan? Dijawab oleh Ir. Ahmad Syauqi, “Kalau negara tidak dipegang orang berilmu, maka negara tidak akan maju. Kepemimpinan negara harusnya diisi oleh orang-orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Mujadilah yang menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu, ujar beliau mengulangi apa yang telah disampaikan oleh Dr. Untung. Oleh sebab itu majlis ilmu harus diperbanyak supaya Allah melapangkan kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Fafsahuu yafsahillahu lakum”.


Bapak Ahmad Syauqi Soeratno

Disinilah mengapa Muhammadiyah mencalonkan wakilnya untuk duduk di DPD. Sebab satu-satunya celah non parpol yang bisa dimasuki saat ini adalah perwakilan melalui DPD. Tandas beliau Ir. Syauqi, “Harus ada yang ikut dalam pengambilan kebijakan di tingkat elit negara. Satu-satunya celah adalah DPD. Maka Muhammadiyah kemudian memutuskan untuk mengutus kadernya agar dapat terlibat aktif dalam pengambilan kebijakan. Hanya tantangannya memang demokrasi di Indonesia masih menganut sistem kepala bukan isi kepala”. Berdasarkan data, menurut beliau “80% warga negara Indonesia ini adalah lulusan SD, SMP dan SMA. Hanya 20% saja yang lulusan perguruan tinggi. Konsekuensinya, tidak banyak orang baik di pusat pengambilan keputusan”.


Ir. Ahmad Syauqi selanjutnya menegaskan secara tersirat agar warga Muhammadiyah di dalam pesta demokrasi pada Februari 2024 benar-benar memilih calon pemimpin yang benar-benar memiliki iman, akhlaq dan ilmu yang mumpuni. Menyambung dengan dengan apa yang telah ditegaskan oleh Dr. Untung, hanya dengan uang Rp.200.000, lalu menggadaikan dengan memilih pemimpin selama 5 tahun. Harga yang tidak seimbang sama sekali. Pun, dalam demokrasi Indonesia yang masih plus minus, suara orang berilmu dengan orang tidak berilmu bahkan orang jahat sama. Sama-sama mendapatkan hak satu suara. Untuk itu warga Muhammadiyah teruma di wilayah PCM Moyudan harus memilih dengan cerdas.


Sayangnya, pencerahan yang berlangsung kurang lebih 30 menitan itu harus berakhir karena Ir. Ahmad Syauqi masih harus melanjutkan safarinya ke beberapa titik lokasi di Moyudan. Beliau kemudian menyimpulkan paparan beliau bahwa secara filosofis, Muhammadiyah telah berperan penting: 1. Melahirkan Negara Republik Indonesia dengan segala turunannya. 2. Mengakui Indonesia sebagai Darul Aqdi was Syahadah. 3. Dakwah amar makruf nahi mungkar di masyarakat, dalam konteks kenegaraan membutuhkan negara sebagai instrumen pengokohnya. Adapun di tingkat aksi, Muhammadiyah telah berkontribusi sangat besar dengan melakukan amal usaha agar masyarakat Indonesia hidup sejahtera yang mustinya ditanggung oleh negara.


Rekomendasi beliau kepada warga Muhammadiyah di Moyudan agar gerakan LPCR dikuatkan menjadi LPCRM. Yaitu memberdayakan masjid-masjid dengan menghidupkan pengajian-pengajian ahad pagi, menyemarakkan kajian-kajian kitab, memakmurkan masjid. Sebab, tegas beliau, “Pada zaman Nabi, masjid adalah tempat strategis untuk membicarakan dan mendiskusikan masalah keumatan, politik, bahkan perang. Buang jauh-jauh pikiran jahat, bahwa politik itu jahat”.


Semoga bermanfaat.

Scroll to Top